Dalam syair sebuah lagu yang berjudul Ibu Pertiwi, dalam bait terakhirnya “…kini Ibu sedang lara, merintih dan berdoa..”. Lagu tersebut tercipta sudah lama, namun kandungannya tepat jika dirasakan saat ini. Ibu Pertiwi, yakni Negeri Indonesia kita ini, memang sedang lara, melihat anak-anaknya yang berperilaku tak mencerminkan budaya asli Indonesia, yang ramah tamah, sopan, juga pemalu. Mestinya, seperti itulah anak Ibu Pertiwi bersikap dan bertindak. Potret buram, hitam, kelam tak pernah lepas dari anak-anak negeri ini. Banyak hal yang menduduki sepuluh besar bukan prestasinya, melainkan hal negatifnya. Terlepas dari benar atau tidak berita-berita yang dirilis dari sumber-sumber terpercaya menyatakan hal demikian. Misalnya, tingginya angka korupsi masuk sebagai sepuluh besar negara terkorup di dunia. Tingkat pendidikan yang rendah di kawaasan Asia Tenggara.
Beberapa stigma lain seperti negara demonstran, negara bar-bar, negara yang masih banyak memiliki penduduk penderita gizi buruk. Satu diantara stigma yang hampir mengendemik bangsa Indonesia adalah negara plagiat.
Jembatan modern saat ini adalah teknologi yang berkembang semakin pesat dan solutif. Permasalahan klasik, seperti jauhnya jarak yang membentang antara satu orang dengan yang lainnya dapat teratasi dengan teknologi. Misalnya jika seorang kakak sedang kuliah di luar kota, ia masih tetap konsisten berkomunikasi dengan adiknya. Selain melalui telpon seluler, mereka dapat berkomunikasi lewat facebook miasalnya. Seperti hal yang sudah marak sekali di Indonesia, hampir semua orang tahu facebook, hanya orang-orang tertentu saja, sebutlah orang yang tinggal di kampung dengan kehidupan sosialnya masih primitif. Komunikasi juga bisa dilakukan melalui Yahoo Messager. Itulah salah satu contoh pemanfaatan teknologi yang tepat, dan teknologi memberikan solusi yang solutif. Namun, tidak semua hal yang digital dapat memberikan dampak baik bagi para penggunanya.
There are no comments yet.